Masalah bayi susah bab atau buang air besar bukanlah merupakan suatu hal yang dapat dianggap enteng. Pasalnya kondisi ini dapat berakibat buruk pada perkembangan bayi secara keseluruhan. Maka dari itu, Anda sebagai orang tua perlu mengetahui cara mengatasi susah bab pada bayi.
Penting bagi para orang tua untuk mengetahui penyebab dan ciri-ciri susah bab pada bayi. Sebab, mungkin saja kondisi ini merupakan pertanda dari kondisi serius yang mendasarinya. Pada dasarnya, gangguan sistem pencernaan pada bayi memang sulit untuk dikenali. Maka dari itu, dengan mengetahui ciri-ciri atau gejala dan penyebab bayi mengalami kontipasiatau sembelit dapat membantu bayi untuk mendapatkan penanganan yang tepat untuk mengatasinya.
Penyebab Bayi Susah BAB
Berikut ini beberapa penyebab bayi susah bab yang perlu Anda ketahui, agar dapat mencegah dan mengatasinya dengan baik :- Susu Formula
Bayi yang mengonsumsi susu formula cenderung lebih mudah mengalami sembelit dibandingkan dengan bayi yang mengonsumsi ASI. Hal ini disebabkan karena kandungan protein yang terdapat pada susu formula. Jika bayi Anda mengalami sembelit akibat penggunaan susu formula, sebaiknya Anda segera konsultasi dengan dokter untuk mengetahui asupan susu yang tepat untuk bayi Anda.
Baca Juga : Penyebab Mikrosefalus pada Bayi yang Harus Diketahui
- Dehidrasi
- Makanan Padat
Masa peralihan dari makanan cair ke makanan padat kerap menyebabkan pencernaan bayi kaget, sehingga pada akhirnya bayi mengalami sembelit. Meskipun begitu, hal ini merupakan suatu hal yang wajar, sebab sebelumnya bayi terbiasa mengonsumsi makanan cair. Untuk mengatasi masalah ini, berikan bayi Anda cairan atau asupan serat lebih banyak agar pencernaan bayi lancar.
- Kondisi Medis Tertentu
Kondisi medis tertentu, seperti alergi makanan, hipotiroid, dan gangguan sistem pencernaan sejak lahir juga dapat menyebabkan sembelit pada bayi. Namun kondisi ini cenderung jarang terjadi.
Gejala Bayi Susah BAB
Berikut ini beberapa gejala yang biasanya terjadi ketika bayi susah bab :- Frekuensi buang air besar kurang dari dua kali dalam seminggu.
- Tekstur kotoran menjadi lebih keras.
- Bayi terlihat kesakitan saat buang air besar.
- Terdapat bercak darah pada kotoran bayi (jika kondisinya sudah parah).
- Demam.
- Muntah.
- Berat badan bayi menurun.
- Terdapat benjolan di anus.